A.
KELAINAN HEREDITER
Penyakit herediter disebabkan oleh
kelainan herediter di dalam kromosom atau gen pada satu atau kedua
orang tua yang diturunkan pada keturunannya. Kromosom yang berubah dapat
menyebabkan dihasilkannya protein abnormal yang mengakibatkan terganggunya
fungsi tubuh yang penting.
Pada umumnya, cacat atau penyakit
menurun secara genetik bersifat relatif, sehingga muncul apabila genotipnya
dalam keadaan homozigot. Cacat atau penyakit menurun ini tidak akan terjadi
jika individu memiliki genotip heterozigot, karena gen yang membawanya
tertutupi oleh gen pasangannya yang dominan. Cacat atau penyakit menurun tidak
dapat disembuhkan atau ditularkan karena kelainan ada pada bagian substansi
hereditas yang disebut gen. Walaupun gangguan genetik ini tidak dapat
disembuhkan, tetapi dalam beberapa hal konsekuensi fenotipnya dapat dibatasi.
Tindakan penyembuhan dapat dilakukan dengan diet, penyesuaian lingkungan,
pembedahan, kemoterapi, maupun rekayasa genetika.
Harus diketahui tidak semua penyakit
familial (yang terdapat dalam keluarga) adalah herediter,
beberapa penyakit dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang memajan suatu
keluarga (misal, defisiensi gizi) sedangkan penyakit lain dapat diakibatkan
dari mutasi gen baru pada keturunan.
·
Beberapa penyakit yang
dibahas:
1)
Hemofilia
Hemofilia adalah gangguan pembekuan darah pada perdarahan
Diakibatkan oleh kelainan genetik yang
bersifat sex-linked resesif
2)
Thalasemia
Pada thalasemia didapatkan pembentukan
hemoglobin abnormal, sehingga eritrosit mudah hancur
Hemoglobin adalah molekul pengikat oksigen dan karbon dioksida
dalam eritrosit (sel darah merah)
3)
Buta
warna
Buta warna (color blindness) adalah ketidakmampuan
membedakan warna-warna tertentu.
Cacat
buta warna bermacam-macam, yaitu buta warna total dan buta warna sebagian.
Penderita buta warna tidak dapat melihat warna tertentu, misalnya warna hijau,
merah atau semua warna kecuali hitam putih. Yang paling umum adalah buta warna
merah-hijau. Penderita buta warna ini tidak dapat membedakan warna merah dan
hijau. Untuk mengetahui seseorang menderita buta warna merah-hijau atau tidak
dapat menggunakan kartu uji penglihatan ishihara. Mari perhatikan Gambar
disamping.
Cacat ini diturunkan oleh kedua orang tuanya yang normal.
Faktor gen buta warna terpaut pada kromosom sex X. Apabila dalam pasangan alel
dengan kromosom X yang normal, maka cacat buta warna tidak akan terjadi, tetapi
bila berpasangan dengan kromosom Y, maka laki-laki akan menderita buta
warna.
Gangguan mental karena keturunan
bermacam-macam jenis dan penyebabnya. Salah satu contohnya adalah fenilketonia
(FKU) yang disebabkan oleh kegagalan tubuh mensintensis enzim yang mengubah
fenilalanin menjadi tiroksin. Di dalam darah penderita mengandung senyawa yang
tinggi. Kandungan senyawa dari fenilalanin ini adalah asam fenilpiruvat yang
dapat merusak sistem saraf sehingga menimbulkan gangguan mental.
Kelainan
mental ini dikendalikan oleh gen yang mengatur pembentukan protein enzim.
Penderita memiliki pasangan alel gen-gen relatif homozigot yang diwariskan oleh
kedua orang tua heterozigot yang penampakannya normal.
Orang
albino memiliki rambut, mata, bulu mata, dan kulit berwarna putih. Hal ini
disebabkan karena penderita albino tidak memiliki pigmen warna melanin. Warna
melanin ada yang hitam, cokelat, kuning atau putih. Penderita albino tidak
memiliki pigmen ini karena tidak dapat menghasilkan enzim pembentuk melanin.
Gen albino bersifat resesif dan
terletak pada autosom (kromosom tubuh) sehingga baik laki-laki maupun perempuan
dapat menderita albino. Seseorang menderita albino jika gennya dalam keadaan
homozigot resesif. Jadi, sifat tersebut di peroleh dari orang tuanya yang
menderita albino atau karier.
B. KELAINAN KONGENITAL
Penyakit kongenital terdapat pada
saat lahir; beberapa diturunkan sedangkan yang lain dapat disebabkan oleh cacat
perkembangan yang asalnya diketahui atau tidak diketahui. Tidak semua penyakit
herediter adalah kongenital (terdapat saat lahir) dan tidak semua penyakit
kongenital adalah herediter. Sebagai contoh, penyakit Huntington adalah
herediter tetapi tidak bermanifestasi hingga usia pertengahan. Sindrom alkohol
janin adalah kongenital tetapi diakibatkan dari seseorang ibu hamil yang
mengingesti alkohol.
Kelainan
kongenital juga dapat didefinisikan sebagai kelainan dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasiI konsepsi sel telur. Kelainan kongenital
dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian
segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya
sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini
seakan-akan merupakan suatu seleksi alamu terhadap kelangsungan hidup bayi yang
dilahirkan. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenitaI besar, umumnya akan
dilahirkan sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi
kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat lahir rendah dengan kelainan
kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya.
Disamping pemeriksaan fisik, radiologik dan laboratorik untuk menegakkan
diagnose kelainan kongenital setelah bayi lahir, dikenal pula adanya diagnosisi
pre/- ante natal kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu
misalnya pemeriksaan ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.
A.
Angka Kejadian
Kelainan kongenital pada bayi baru
lahir dapat berupa satu jenis kelainan saja atau dapat pula berupa beberapa
kelainan kongenital secara bersamaan sebagai kelainan kongenital multipel.
Kadang-kadang suatu kelainan kongenital belum ditemukan atau belum terlihat
pada waktu bayi lahir, tetapi baru ditemukan beberapa waktu setelah kelahiran
bayi. Sebaliknya dengan kermajuan tehnologi kedokteran,kadang- kadang suatu
kelainan kongenital telah diketahui selama kehidupan fetus.
Bila ditemukan satu kelainan
kongenital besar pada bayi baru lahir, perlu kewaspadaan kemungkian adanya
kelainan kongenital ditempat lain. Dikatakan bahwa bila ditemukan dua atau
lebih kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditetemukannya kelainan kongenital
besar di tempat lain sebesar 15% sedangkan bila ditemukan tiga atau lebih
kelainan kongenital kecil, kemungkinan ditemukan kelainan kongenital besar
sebesar 90%.
Angka kejadian kelainan kongenital
yang besar berkisar 15 per i000 kelahiran angka kejadian ini akan menjadi 4-5%
biIa bayi diikuti terus sampai berumur 1 tahun. Di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo (I975-1979), secara klinis ditemukan angka kejadian kelainan
kongenital sebanyak 225 bayi di antara 19.832 kelahiran hidup atau sebesar
11,6I per 1000 kelahiran hidup, sedangkan di Rumah Sakit Dr. Pirngadi, Medan
(1977-1980) sebesar 48 bayi (0,33%) di antara 14.504 kelahiran bayi dan di
Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada (1974-1979) sebesar 1.64da tri 4625 kelahiran
bayi. Angka kejadian dan jenis kelainan kongenital dapat berbeda-beda untuk
berbagai ras dan suku bangsa, begitu pula dapat tergantung pada cara
perhitungan besar keciInya kelainan kongenital.
B.
Faktor Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital
sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embryonal dan fetaI dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor
secara bersamaan. Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi
terjadinya kelainan kongenital antara lain:
1) Kelainan Genetik dan Kromosom.
Kelainan genetik pada ayah atau ibu
kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di
antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi
dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan
("dominant traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif.
Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang
sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya.
Dengan adanya kemajuan dafam bidang
teknologi kedokteran, maka telah dapat diperiksa kemungkinan adanya kelainan
kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan
tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainankhromosom autosomai
trisomi 21 sebagai sindroma Down (mongolism) kelainan pada kromosom kelamin
sebagai sindroma Turner.
2) Faktor mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama
kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga
menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan
organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ. Sebagai
contoh deformitas organ tubuh ialah kelainan talipes pada kaki sepcrti talipes
varus, talipes valgus, talipes equinus dan talipes equinovarus (clubfoot)
3)
Faktor infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan
kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni
dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode
organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ
rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan
kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus.
Sebagai contoh infeksi virus pada
trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita
kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran
sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan.
Beberapa infeksi lain pada trimester
pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi
virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital
yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat
seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.
4)
Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang
diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat
hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya.
Salah satu jenis obat yang telah
diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat
mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia.
Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita
hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan
terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum
banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester
pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun
hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus
minum obat.
Hal ini misalnya pada pemakaian
trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon
yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya
sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.
C.
Faktor umur ibu
Telah diketahui bahwa mongoIisme
lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati
masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo
pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08
per 100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk
kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih; angka keadaan yang ditemukan ialah 1:
5500 untuk kelompok ibu berumur < 35 tahun, 1: 600 untuk kelompok ibu
berumur 35-39 tahun, 1 : 75 untuk kelompok ibu berumur 40 - 44 tahun dan 1 : 15
untuk kelompok ibu berumur 45 tahun atau lebih.
D.
Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai
hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh
ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk
mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang
normal.
E.
Faktor radiasi
Radiasi ada permulaan kehamiIan
mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya
riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan
kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik
atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada
hamil muda.
F.
Faktor gizi
Pada binatang percobaan, kekurangan
gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada
manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan
kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik
gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A
ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian
&elainan kongenital.
G.
Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak
diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup
janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia,
hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya.
Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.
·
Beberapa penyakit yang
dibahas :
1)
Sindrom
Down
Sindrom Down
(bahasa Inggris: Down syndrome)
merupakan kelainan genetik yang terjadi pada kromosom
21 yang dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup khas.
Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mental ini
pertama kali dikenal pada tahun 1866
oleh Dr.John Longdon Down.
Karena ciri-ciri yang
tampak aneh seperti tinggi badan yang relative pendek, kepala
mengecil, hidung
yang datar menyerupai orang Mongoloid
maka sering juga dikenal dengan mongolisme.
Pada tahun 1970an para ahli dari Amerika
dan Eropa
merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak tersebut dengan merujuk
penemu pertama kali sindrom ini dengan istilah sindrom Down dan hingga kini
penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama.
2)
Sindrom
Klinefelter
Sindrom
Klinefelter adalah kelainan kromosom pada pria yaitu adanya kromosom
X tambahan (XXY).
Gangguan
perkembangan seksual disebabkan oleh kadar hormon testosteron yang rendah pada
pubertas.
3)
Sindrom
Turner
Sindrom Klinefelter
adalah kelainan genetik pada laki-laki yang
diakibatkan oleh kelebihan kromosom X.
Laki-laki normal memiliki kromosom seks
berupa XY, namun penderita sindrom klinefelter umumnya memiliki kromosom seks
XXY. Penderita sindrom klinefelter akan mengalami infertilitas,
keterbelakangan mental, dan gangguan
perkembangan ciri-ciri fisik yang diantaranya berupa ginekomastia
(perbesaran kelenjar susu
dan berefek pada perbesaran payudara)
Sindrom Turner adalah kelainan
kromosom pada wanita yaitu tidak adanya (atau kerusakan) salah satu kromosom X
(XO).
Pada penderita
sindrom Turner didapatkan retardasi pertumbuhan dan infertilitas.
4)
Palatoskizis (Celah bibir atau
langit-langit mulut (sumbing))
Pada palatoskizis
(langit-langit terbelah) didapatkan palatum (langit-langit) yang
terbelah karena gangguan pertumbuhan dalam fase embrional.
Palatoskizis
seringkali juga disertai dengan bibir yang terbelah (labioskizis).
Terjadi jika selama masa
perkembangan janin, jaringan mulut atau bibir tidak terbentuk sebagaimana
mestinya.
Bibir sumbing adalah suatu celah diantara
bibir bagian atas dengan hidung.
Langit-langit sumbing adalah suatu
celah diantara langit-langit mulut dengan rongga hidung.
5)
Hernia
umbilikalis
Hernia
umbilikalis adalah keadaan dengan sebagian usus keluar dari dinding
abdomen di bawah kulit melalui umbilikus. Hernia umbilikalis sering didapatkan pada bayi
prematur.
Bodong atau hernia umbilikalis (umbilical hernia) merupakan
kondisi dimana usus menjorok lewat bukaan pada otot perut sehingga pusar tampak
menonjol keluar. Kondisi ini sering ditemukan pada bayi tetapi bisa juga
mempengaruhi orang dewasa. Bodong pada anak-anak biasanya tidak sakit atau
berbahaya namun bodong yang muncul pada orang dewasa dapat menyebabkan perut
terasa tidak nyaman. Umumnya bodong pada anak-anak akan hilang saat berusia sekitar
2 tahun. Jika diameternya lebih kecil dari 5 mm, bodong itu akan menutup
sendiri pada usia kurang dari 2 tahun. Bodong berdiameter 5-15 mm biasanya
menutup sebelum berusia 4 tahun dan jika diameternya lebih kecil dari 2 cm
masih mungkin menutup pada usia 6 tahun.
6)
Strabismus
Strabismus (mata juling)
adalah keadaan kondisi dengan kedua mata tidak tertuju pada arah yang sama.
Selain yang
bersifat bawaan (kongenital), strabismus juga mungkin didapat sebagai salah
satu gejala penyakit lain, mis. tumor otak, gangguan penglihatan, dsb.
7)
Polidaktilia
Polidaktilia ialah adanya
jari tambahan (jari keenam) pada tangan atau kaki, disebabkan kelainan genetik
autosom dominan.
8)
Defek tabung saraf
Terjadi pada awal kehamilan, yaitu
pada saat terbentuknya bakal otak dan korda spinalis. Dalam keadaan
normal, struktur tersebut melipat membentuk tabung pada hari ke 29 setelah
pembuahan. Jika tabung tidak menutup secara sempurna, maka akan terjadi defek
tabung saraf.
Bayi yang memiliki kelainan ini banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera setelah lahir.
2 macam defek tabung saraf yang paling sering ditemukan:
- Spina bifida, terjadi jika kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis.
- Anensefalus, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk.
Bayi yang memiliki kelainan ini banyak yang meninggal di dalam kandungan atau meninggal segera setelah lahir.
2 macam defek tabung saraf yang paling sering ditemukan:
- Spina bifida, terjadi jika kolumna spinalis tidak menutup secara sempurna di sekeliling korda spinalis.
- Anensefalus, terjadi jika beberapa bagian otak tidak terbentuk.
9)
Kelainan jantung
- Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri dan kanan)
- Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya)
- Stenosis katup aorta atau pulmonalis (penyempitan katup aorta atau katup pulmonalis)
- Koartasio aorta (penyempitan aorta)
- Transposisi arteri besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)
- Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk sempurna)
- Tetralogi Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi arteri besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan obat kemoterapi).
Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama hamil.
- Defek septum atrium dan ventrikel (terdapat lubang pada dinding yang meimsahkan jantung kiri dan kanan)
- Patent ductus arteriosus (terjadi jika pembuluh darah yang penting pada sirkulasi janin ketika masih berada di dalam rahim; setelah bayi lahir, tidak menutup sebagaimana mestinya)
- Stenosis katup aorta atau pulmonalis (penyempitan katup aorta atau katup pulmonalis)
- Koartasio aorta (penyempitan aorta)
- Transposisi arteri besar (kelainan letak aorta dan arteri pulmonalis)
- Sindroma hipoplasia jantung kiri (bagian jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh tidak terbentuk sempurna)
- Tetralogi Fallot (terdiri dari stenosis katup pulmonalis, defek septum ventrikel, transposisi arteri besar dan hipertrofi ventrikel kanan).
Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan jantung bawaan (misalnya obat anti-kejang fenitoin, talidomid dan obat kemoterapi).
Penyebab lainnya adalah pemakaian alkohol, rubella dan diabetes selama hamil.
10)
Cerebral palsy
Biasanya baru diketahui beberapa
minggu atau beberapa bulan setelah bayi lahir, tergantung kepada beratnya
kelainan.
11)
Clubfoot
Clubfoot digunakan untuk
menggambarkan sekumpulan kelainan struktur pada kaki dan pergelangan kaki,
dimana terjadi kelainan pada pembentukan tulang, sendi, otot dan pembuluh
darah.
12)
Dislokasi panggul bawaan
Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam kantung panggul.
Terjadi jika ujung tulang paha tidak terletak di dalam kantung panggul.
13)
Hipotiroidisme kongenital
Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna.
Terjadi jika bayi tidak memiliki kelenjar tiroid atau jika kelenjar tiroid tidak terbentuk secara sempurna.
14)
Fibrosis kistik
Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk lendir yang kental dan lengket.
Penyakit ini terutama menyerang sistem pernafasan dan saluran pencernaan. Tubuh tidak mampu membawa klorida dari dalam sel ke permukaan organ sehingga terbentuk lendir yang kental dan lengket.
15)
Defek saluran
pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar, rektum serta anus.
Diantaranya adalah:
- Atresia esofagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna)
- Hernia diafragmatika
- Stenosis pilorus
- Penyakit Hirschsprung
- Gastroskisis dan omfalokel
- Atresia anus
- Atresia bilier
Saluran pencernaan terdiri dari kerongkongan, lambung, usus halus dan usus besar, rektum serta anus.
Diantaranya adalah:
- Atresia esofagus (kerongkongan tidak terbentuk sempurna)
- Hernia diafragmatika
- Stenosis pilorus
- Penyakit Hirschsprung
- Gastroskisis dan omfalokel
- Atresia anus
- Atresia bilier
16)
Fenilketonuria
Merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pengolahan protein oleh tubuh dan bisa menyebabkan keterbelakangan mental.
Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria tampak normal, tetapi jika tidak diobati mereka akan mengalami gangguan perkembangan yang baru terlihat ketika usianya mencapai 1 tahun.
Merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi pengolahan protein oleh tubuh dan bisa menyebabkan keterbelakangan mental.
Bayi yang terlahir dengan fenilketonuria tampak normal, tetapi jika tidak diobati mereka akan mengalami gangguan perkembangan yang baru terlihat ketika usianya mencapai 1 tahun.
17)
Sindroma X yang rapuh
Sindroma ini ditandai dengan gangguan mental, mulai dari ketidakmampuan belajar sampai keterbelakangan mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas.
Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan persendiannya sangat lentur (terutama sendi pada jari tangan).
Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Sindroma ini ditandai dengan gangguan mental, mulai dari ketidakmampuan belajar sampai keterbelakangan mental, perilaku autis dan gangguan pemusatan perhatian serta hiperaktivitas.
Gambaran fisiknya khas, yaitu wajahnya panjang, telinganya lebar, kakinya datar dan persendiannya sangat lentur (terutama sendi pada jari tangan).
Sindroma ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
18)
Distrofi otot
Distrofi otot adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40 macam penyakit otot yang berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan kemunduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.
Distrofi otot adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan lebih dari 40 macam penyakit otot yang berlainan, yang kesemuanya ditandai dengan kelemahan dan kemunduran yang progresif dari otot-otot yang mengendalikan pergerakan.
19)
Anemia sel sabit
Merupakan suatu kelainan sel darah merah yang memiliki bentuk abnormal (seperti bulan sabit), yang menyebabkan anemia kronis, serangan nyeri dan gangguan kesehatan lainnya.
Merupakan suatu kelainan sel darah merah yang memiliki bentuk abnormal (seperti bulan sabit), yang menyebabkan anemia kronis, serangan nyeri dan gangguan kesehatan lainnya.
20)
Penyakit Tay-Sachs
Penyakit ini menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kebutaan, demensia, kelumpuhan, kejang dan ketulian.
Penyakit ini menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan kebutaan, demensia, kelumpuhan, kejang dan ketulian.
21)
Sindroma alkohol pada janin
Sindroma ini ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan kelainan pada sistem saraf pusat.
Sindroma ini ditandai dengan keterlambatan pertumbuhan, keterbelakangan mental, kelainan pada wajah dan kelainan pada sistem saraf pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar