Pembangunan kesehatan bertujuan untuk
mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat kesehatan
yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga dan
pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak tumbuh
sehat sampai dewasa sebagai generasi muda.
Berdasarkan Konferensi Wanita sedunia
ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan Pembangunan di
Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi kesehatan wanita
tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa terkandung empat hal
pokok dalam reproduksi kesehatan wanita
yaitu :
1. Kesehatan reproduksi dan
seksual (reproductive and sexual health)
2. Penentuan dalam
keputusan reproduksi (reproductive decision making)
3. Kesetaraan pria dan
wanita (equality and equity for men and women)
4. Keamanan reproduksi dan
seksual (sexual and reproductive security)
Adapun definisi tentang arti kesehatan
reproduksi
yang telah
diterima secara internasional yaitu sebagai keadaan kesejahteraan fisik,
mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang berkaitan dengan sistem,
fungsi-fungsi dan proses reproduksi.
Selain itu juga disinggung hak produksi
yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan atau
individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah
anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.
Dalam pengertian kesehatan reproduksi
secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai pengertian klinis (kedokteran)
saja tetapi juga mencakup pengertian sosial (masyarakat). Intinya kesehatan
secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik.
Namun, kondisi sosial dan ekonomi
terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan
memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita
dan indikatornya
adalah:
1. Gender
Peran
masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin menurut budaya yang
berbeda-beda. Gender sebagai
suatu kontruksi sosial mempengaruhi tingkat kesehatan dan karena
peran gender berbeda
dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga
berbeda-beda.
2. Kemiskinan
Kemiskinan
dapat mengakibatkan beberapa masalah dalam kesehatan seseorang, yaitu:
· Makanan yang
tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
Menurut WHO di negara berkembang termasuk Indonesia
diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena kurang gizi pada masa
kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan, budaya menentukan bahwa
suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan terbaik, terakhir sang
ibu memakan sisa yang ada.
Wanita sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan
gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat
dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria, disamping itu
wanita juga membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini
akan menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun
mental.
Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit,
termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka
yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan adalah pekerjaan wanita
yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak dan sebagainya.
Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri
penyakit.
· Persediaan air
yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
· Tidak mendapatkan
pelayanan yang baik.
3. Pendidikan
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua orang tetapi
tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki
lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam
keluarga.
Dalam hal ini bukan indikator
kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga gender berpengaruh pula terhadap pendidikan, tingkat
pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan
biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah
kesehatan dan pencegahannya, minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai
seseorang dapat mencari uang, merawat
diri sendiri
dan ikut serta
dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
Pendidikan berpengaruh kepada sikap
seseorang terhadap kesehatan, rendahnya pendidikan membuat kurang peduli
terhadap kesehatan. Mereka tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang
mungkin terjadi terhadap diri mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik
tersedia mereka kurang dapat memanfaatkan secara optimal karena rendahnya
pengetahuan yang mereka miliki. Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung
pada kualitas pendidikan, dengan demikian program pendidikan mempunyai andil
besar terhadap kemajuan sosial ekonomi bangsa.
a) Angka melek huruf :
Sampai tahun 2004, persentase
perempuan yang melek huruf terus mengalami peningkatan, meskipun persentasenya
masih lebih rendah dari laki-laki. Secara rasional angka melek huruf sudah mencapai 87,9%, pada laki-laki sebesar 92,3%
dan pada perempuan
sebesar 83.5%.
b) Rata-rata lama
sekolah :
Tahun efektif
bersekolah pada umur 15 tahun sebesar 7.09% dimana pada laki-laki 7,62% dan
perempuan 6,57%. Angka ini akan menunjukkkan bahwa secara rata-rata pendidikan
penduduk mencapai jenjang pendidikan kelas I SLTP.
c) Jenjang
pendidikan yang telah ditamatkan :
Pada tahun 2003
penduduk usia lebih dari 10 tahun yang berpendidikan SLTP hanya sebanyak
36,21%, pada laki-laki sebesar 39.87% dan pada perempuan 32.57%. Kondisi ini
menunjukkan bahwa taraf
pendidikan perempuan belum setara dengan laki-laki, hal ini
dikarenakan terbentuk kontruksi yang terbentuk dari masyarakat. Pendidikan yang tinggi dipandang
perlu bagi kaum wanita untuk meningkatkan taraf hidup, membuat keputusan yang
menyangkut masalah kesehatan sendiri.
Seorang wanita yang lulus dari
perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berprilaku
hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan
rendah. Meningkatnya pendidikan berdampak pada pengalaman dan wawasan yang
semakin luas, pendidikan dapat meningkatkan status sosial dan kedudukan seorang
perempuan didalam masyarakat sehingga perempuan dapat meningkatkan aktifitas
sehari-hari maupun aktifitas sosialnya. Menurut profil klasifikasi perempuan
diberbagai negara menunjukkan bahwa pendidikan, pekerjaan dan kesehatan
perempuan Indonesia dinilai sangat buruk.
4. Menikah muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia nikah muda pada
wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak
kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak
laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat menikahkan anaknya agar
lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya.
Ini berarti wanita muda
yang hamil mempunyai risiko tinggi
pada saat persalinan.
Di samping itu risiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita
yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada
akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan
keputusan.
5. Beban kerja yang berat
Wanita bekerja jauh lebih lama daripada pria, berbagai
penelitian yang telah dilakukan diseluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam
lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut
terjadinya kelelahan kronis, stress dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak
hanya dipengaruhi oleh waktu.
6. Indikator
penghasilan
Penghasilan
meningkat, maka pola pemenuhan kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan
kebutuhan pokok saja, menjadi pemenuhan kebutuhan lain, khususnya peningkatan
kesehatan. Penghasilan
berkaitan dengan status sosial ekonomi , dimana sering kali status ekonomi
menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan. Misalnya
banyak kejadian anemia defisiensi fe pada wanita usia subur yang sering kali
disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang. Anemia pada ibu
hamil akan lebih memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan ibu.
7.
Upah
Fenomena perempuan bekerja bukanlah
barang baru ditengah masyarakat kita. Sebenarnya tidak ada perempuan yang
benar-benar menganggur, biasanya para perempuan juga memiliki pekerjaan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangganya entah itu dengan mengelola sawah, membuka warung
dirumah, mengkreditkan pakaian dan lain sebagainya. Mungkin sebagian besar
masyarakat Indonesia masih beranggapan bahwa perempuan dengan pekerjaaan diatas
bukan termasuk kategori perempuan bekerja. Hal ini karena perempuan bekerja
identik dengan wanita karir atau wanita kantoran, padahal dimanapun dan
kapanpun perempuan itu bekerja seharusnya tetap dihargai pekerjaannya.
8.
Usia harapan hidup
Usia
harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia.
Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup
penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980.
Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada
1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya
usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah
lansia. Berdasarkan data, wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat
ini semakin meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat
bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup
diiringi membaiknya derajat kesehatan masyarakat.
Hal-hal yang berpengaruh penting pada
kelangsungan hidup yang lebih lama
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa factor (Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor), yaitu:
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa factor (Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor), yaitu:
·
Pola Makan
·
Penyakit bawaan dari lahir, mereka yang
diberi berkah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk menjalani hidup lebih panjang
adalah orang-orang yang terkait dengan rendahnya penyakit degeneratif. Yaitu
penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia, seperti penyakit kanker,
jantung koroner, diabetes dan stroke.
·
Lingkungan tempat tinggal
·
Strees atau Tekanan
9. Tingkat kesuburan
Begitu banyak pasangan
suami istri yang sangat menginginkan kehadiran si buah hati namun belum juga
dikaruniani seorang anak. Banyak pula dari mereka yang mengikuti beberapa
program guna mengharapkan terjadinya suatu kehamilan. Kemandulan atau ketidak
suburan sering kali hanya dituduhkan ke pihak wanita, padahal pihak pria juga
memiliki faktor penyebabnya.
Namun disini kita tidak
akan membahas tentang hal tersebut. Kita hanya membedah seputar masalah masa
subur wanita yang biasanya dijadikan tolak ukur untuk pasangan suami istri
melakukan kegiatan seksual dengan harapan terjadi suatu kehamilan.
Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus menstruasi
dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron.
Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang
dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal
tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks,
panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan
seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
Dengan mengetahui masa
subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan
keturunan, yaitu dengan cara:
· Menilai
kejadian dan waktu terjadinya ovulasi
· Memprediksikan
hari-hari subur yang maksimum
· Mengoptimalkan
waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
· Membantu
mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas.
Fakta membuktikan bahwa
wanita yang sedang dalam masa subur biasanya bersikap lebih tajam terhadap
wanita lain. Pada saat ovulasi (sekitar hari ke-12 sampai 21 siklus menstruasi)
perasaan ingin bersaing dengan wanita lain semakin tinggi. Pada masa ovulasi,
wanita sering memberikan komentar yang buruk ketika dimintai pendapat tentang
wanita lain.
DAFTAR PUSTAKA
http://afaelearning.blogspot.com/2013/10/indikator-status-kesehatan-wanita.html diunduh tanggal
23 Maret 2014
Indikator apa saja yang di gunakan dalam kespro?
BalasHapus